KarakterKonsumen dari Sudut Pandang Penjual Konsumen Potensial. Tipe konsumen potensial ini harus menjadi prioritas dari target pasar kamu. Secara teknis, konsumen potensial belum menjadi konsumen kamu, akan tetapi sangat berpotensi untuk menjadi konsumen. Berikut adalah beberapa contohnya: Seorang wanita lajang, berusia 35 yang tinggal di
IndividuAdalah : Ciri, Karakteristik, Kelompok, dan Contoh. 30 September 2021 oleh agrotek. Suatu masyarakat sosial tentu tidak dapat berfungsi tanpa adanya individu-individu penyusun masyarakat sosial tersebut. Kata individu sendiri bisa dibilang cukup sering muncul dalam istilah-istilah sehari. Individu Adalah Ciri, Karakteristik, Kelompok
Berikutadalah karakteristik metode ilmiah, kecuali . A. berdasarkan fakta dan bersifat objektif. B. bebas dari prasangka. C. berdasarkan prinsip-prinsip analisis. D. melalui proses hipotesis. E. berdasarkan teknik kualitatif. Pembahasan: Yang tidak karakteristik metode ilmiah adalah berdasarkan teknik kualitatif.
Berikutadalah karakteristik B2B kecuali a. Pertukaran informasi yang dilakukan dengan format yang sudah disepakati dan diservice sistem yang digunakan antar kedua pembisnis juga menggunakan standard yang sama Berikut adalah karakteristik individu dari konsumen, kecuali: a. Pengaruh b. etnicity * c. Gender dan umum d. Karakteristik Gaya
Sementaraitu, beberapa ahli juga memiliki pengertian tersendiri mengenai istilah pelanggan seperti yang dijelaskan berikut ini: 1. Maine. Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung pada kita, tetapi kita yang tergantung padanya. Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada hal-hal yang menjadi keinginannya.
Darihasil penelitian di peroleh hasil sebagai berikut: 1. Karakteristik sosial ekonomi konsumen beras organik di supermarket brastagi didominasi oleh pendapatan menengah yaitu Rp 2.000.000 - Rp 5.000.000 sebanyak 46,7%. 2. Unsur yang menjadi pertimbangan utama konsumen dalam keputusan
Berikutini empat faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen: Faktor kebudayaan. Menurut Nurmawati dalam buku Perilaku Konsumen dan Keputusan Pembelian (2018), kebudayaan adalah faktor penentu keinginan serta perilaku paling mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi, serta perilaku dari lembaga lainnya.
KarakteristikIndividu. Menurut Stonner dan Freeman (Saryathi, 2003), karakteristik individu adalah terjemahan dari sikap, minat, dan kebutuhan. Di mana sikap tersebut dibawa oleh seseorang ketika melakukan pekerjaan. Sedangkan menurut John, Donahue, dan Kentle, ada beberapa jenis karakteristik individu yang memengaruhi dunia kerja mereka, yaitu:
VoiFji. Majalah MARKETING pernah mengulas secara detil tentang 12 Karakter Khas Konsumen Indonesia. Karakterร khas ini memang harus dipahami oleh marketer agar produk yang dijual lebih tepat sasaran. Karakter khas ini juga yang membuat beberapa merek berjaya di luar negeri namun ketika masuk ke pasar Indonesia, merek tersebut tidak sukses. Adalah Handi Irawan yang pernah mengeluarkan pemikiran tentang 10 Karakter Konsumen di Indonesia, 10 tahun yang lalu. Riset yang banyak dilakukan oleh Handi mengerucutkan sifat-sifat konsumen di Indonesia ke dalam 10 sifat yang khas. Kesepuluh sifat atau karakter tersebut adalah memiliki memori yang pendek; tidak memiliki perencanaan; suka berkelompok; tidak adaptif terhadap teknologi; fokus terhadap konteks dibanding konten; menyukai produk luar negeri; religius; suka pamer dan gengsi; dipengaruhi oleh budaya lokal; dan tidak peduli lingkungan. Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan masuknya internet dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa karakter mengalami perubahan. Sebagai contoh, dulu konsumen Indonesia banyak yang gaptek gagap teknologi. Namun dengan penetrasi teknologi yang semakin tinggi di Indonesia, makin banyak pula konsumen Indonesia yang semakin memahami teknologi dengan baik. Dari hasil pengamatan, observasi, dan wawancara dengan pakar, majalah MARKETING kemudian menyimpulkan bahwa ada 12 karakter yang bisa mewakili karakter konsumen di Indonesia pada umumnya. 1. Religius Konsumen Indonesia tetaplah konsumen yang religius, sekalipun gerakan sekuler banyak bermunculan di dunia. Sifat religius tersebut tetap bisa bertahan karena kereligiusan konsumen Indonesia bisa mengikuti perkembangan dunia modern sekarang ini. Misalnya dakwah-dakwah dilakukan lewat Youtube. Fenomena jilbab di Indonesia juga menguatkan karakter ini. 2. Suka Bersosialisasi Senang bersosialisasi mungkin lebih tepat dibandingkan suka berkumpul pada masa sekarang ini. Artinya, sekalipun tidak bertemu, konsumen Indonesia senang bersosialisasi dengan orang lain. Itulah sebabnya media sosial bertumbuh pesat di Indonesia. Demikian pula dengan komunitas-komunitas, dengan cepat bisa terbentuk di Indonesia. 3. Memiliki Pikiran Jangka Pendek Pikiran jangka pendek masih tetap dimiliki oleh konsumen Indonesia. Sifat tergesa-gesa, ingin cepat, dan instan masih dimiliki oleh konsumen kebanyakan di Indonesia. Itulah sebabnya produk-produk yang memberikan manfaat jangka panjang seperti asuransi membutuhkan waktu lebih panjang dalam mengedukasi konsumen. Berbeda misalnya dengan makanan suplemen atau penambah energi. Dengan iklan jor-joran saja konsumen sudah langsung terpengaruh untuk membelinya. 4. Tidak Terencana Konsumen Indonesia cenderung masih belum memiliki perencanaan yang baik. Itulah sebabnya tingkat impulse buying di Indonesia masih tinggi. Artinya konsumen di Indonesia masih membeli produk langsung di supermarket tanpa direncanakan. Demikian pula tingginya penggunaan kartu pra bayar di Indonesia, menunjukkan bahwa orang Indonesia baru membeli pulsa saat butuh saja. 5. Adaptif dengan Teknologi Jika dahulu orang Indonesia kurang adaptif dengan kehadiran teknologi, kini diyakini bahwa orang Indonesia mulai tergila-gila akan teknologi. Artinya, setiap ada teknologi baru yang hadir, konsumen Indonesia dengan cepat menyerap. Hal tersebut mungkin tidak berlaku bagi generasi tua, namun untuk generasi muda, sifat ini terlihat sekali. Contohnya adalah Pokemon Go, game dengan teknologi baru langsung laris di Indonesia sekalipun belum dirilis. 6. Suka Ikut-ikutan Konsumen Indonesia masih menjadi konsumen yang senang mengikuti orang lain, alias follower. Mereka senang mencari referensi dari orang lain. Kekuatan selebriti dalam menggerakkan konsumen masih besar karena konsumen Indonesia suka mengidolakan orang lain dan terpengaruh oleh idola tersebut. 7. Kurang Peduli Lingkungan Konsumen Indonesia masih belum terlalu sadar akan lingkungan, sekalipun kesadaran itu perlahan mulai tumbuh. Kampanye untuk tidak menggunakan kantong plastik saat berbelanja belum bisa dikatakan sukses. Sifat tidak peduli terhadap lingkungan membuat marketer belum banyak yang bisa melakukan pendekatan produk dengan cara ini. 8. Suka Pamer Selain membeli barang-barang bergengsi, sifat yang tidak mudah hilang di Indonesia adalah senang pamer. Selfie dan narsis adalah kebiasaan banyak konsumen di Indonesia, dimana mereka suka memotret diri sendiri dan memamerkannya di media sosial. Platform media sosial baru selalu menjadi perhatian konsumen di Indonesia sebagai tempat untuk memamerkan eksistensi mereka. 9. Gengsi Karakter yang satu ini masih belum bisa hilang di Indonesia. Konsumen Indonesia masih senang sesuatu yang berbau gengsi. Ponsel keluaran terbaru selalu laris di Indonesia. Demikian pula mobil-mobil mewah di Indonesia, semakin terlihat banyak di jalanan. 10. Menyukai Produk Luar Negeri Harus diakui, keinginan mengonsumsi produk luar negeri dibanding merek sendiri masih besar di Indonesia. Namun demikian, gerakan-gerakan untuk semakin mencintai produk lokal bukannya tanpa hasil. Gerakan-gerakan ini semakin intens karena adanya media sosial dan muncul dari bawah. Bandingkan misalnya dengan zaman orde baru ketika kampanye menggunakan produk dalam negeri lebih didorong pemerintah. 11. Kuatnya Budaya Lokal Sekalipun sudah menjadi konsumen global, sifat-sifat kedaerahan di Indonesia masih belum bisa hilang. Semakin kuatnya otonomi daerah di Indonesia justru membuat setiap daerah kini berupaya menampilkan keunggulan dan kekhasan daerahnya dibandingkan daerah lain. 12. Mementingkan Konteks Dibandingkan Konten Sifat mementingkan konteks dibandingkan konten masih terlihat sampai sekarang. Orang Indonesia masih tidak suka melihat kandungan obat. Asalkan kemasannya menarik, konsumen Indonesia menganggapnya punya kualitas yang baik. Orang Indonesia juga tidak suka konten yang berat. Itulah sebabnya meme menjadi fenomena yang menarik di Indonesia karena sifatnya ringan dan guyon. Di sisi lain, kekurangingintahuan konsumen terhadap detail konten membuat konsumen Indonesia mudah dipengaruhi. Tidak mengherankan hoax dan berita-berita tidak pasti mudah memengaruhi konsumen di media sosial. Majalah Marketing Agustus 2016
- Faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor kebudayaan, sosial, pribadi, serta psikologis. Dikutip dari buku Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen 2005 karya Husein Umar, James Engel, dkk mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu tindakan langsung dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk serta jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului serta menyusul tindakan utama yang mempengaruhi perilaku konsumen Berikut ini empat faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen Faktor kebudayaan Menurut Nurmawati dalam buku Perilaku Konsumen dan Keputusan Pembelian 2018, kebudayaan adalah faktor penentu keinginan serta perilaku paling mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi, serta perilaku dari lembaga lainnya. Faktor kebudayaan mencakup beberapa hal, yaitu BudayaAdalah kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan, dan tingkah laku yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga serta lembaga lainnya. Dalam hal ini, pergeseran budaya serta nilai-nilai dalam keluarga masuk dalam budaya. Sub budayaAdalah sekelompok orang dengan sistem nilai terpisah berdasarkan pengalaman serta situasi kehidupan yang umum. Sub budaya termasuk mencakup nasionalisme, agama, kelompok ras, serta wilayah geografis. Kelas sosialAdalah divisi masyarakat yang relatif permanen serta teratur dengan para anggotanya yang menganut nilai, minat, serta tingkah laku serupa. Baca juga Perilaku Konsumen Pengertian dan Manfaat Mempelajarinya Faktor sosial Melansir dari jurnal Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Keputusan Pembelian Mobil Pribadi di Kelurahan Gonilan Kabupaten Sukoharjo 2015 karya Suprihati dan Wikan Budi Utami, berikut beberapa hal yang termasuk faktor sosial Kelompok Adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi guna mencapai sasaran individu atau bersama. Ada beberapa kelompok primer yang punya interaksi reguler tapi sifatnya informal, seperti keluarga, teman, tetangga, serta rekan kerja. Ada pula kelompok sekunder yang punya interaksi kurang reguler tapi bersifat formal, seperti organisasi keagamaan, asosiasi profesional, serta serikat pekerja. Keluarga Adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Karena suami, istri, dan anak sama-sama berpengaruh pada proses pembelian produk dan jasa. Peran dan status Peran merupakan aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut orang-orang yang ada di sekitarnya.
Pengertian Konsumen Konsumen merupakan setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup yang lain dan tidak untuk diperdagangkan. Apabila tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka di sebut dengan pengecer atau distributor. Baca Juga Pengertian Konsumen Apabila dilihat dari perilaku konsumen dalam mengonsumsi suatu barang dibedakan menjadi dua macam yaitu perilaku konsumen rasional dan perilaku konsumen irasional, untuk lebih jelasnya dari masing-masing berikut ini. Baca Juga Pengertian Perilaku Konsumen โ Teori, Model, Ciri, Pendekatan, Para Ahli 1. Perilaku Konsumen Rasional Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional apabila memerhatikan hal-hal berikut Barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen. Barang tersebut benar-benar diperlakukan konsumen. Mutu barang terjamin. Harga sesuai dengan kemampuan konsumen. 2. Perilaku Konsumen Irasional Suatu perilaku dalam mengonsumsi dapat dikatakan tidak rasional apabila konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegunaannya terlebih dahulu, misalnya yaitu Tertarik dengan promosi atau iklan baik dimedia cetak maupun elektronik. Memiliki merek yang sudah dikenal banyak konsumen. Ada bursa obral atau bonus-bonus dan bajir diskon. Prestise atau gengsi. Karateristik Konsumen Karakteristik konsumen merupakan ciri individu yang berperan sebagai pembentukan sikap dan merupakan petujuk penting mengenai nilai-nilai yang dianut oleh seorang konsumen. Sikap dalam menentukan pilihan produk dipengaruhi oleh karakteristik konsumen. Adapun karakteristik yang mempengaruhi sikap konsumen ialah Baca Juga Pengertian Manajer โ Tingkatan, Fungsi, Peran, Keterampilan, Etika, Tugas 1. Memiliki pola pikir jangka pendek. Pola pikir ialah hal dasar untuk seseorang dalam menciptakan keputusan. Keputusan yang dipungut akan memberi pengaruh dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pola pikir jangka pendek melulu memperhatikan guna dalam jangka masa-masa pendek saja. Oleh sebab itu, produk-produk instan laku di pasar Indonesia. 2. Tidak mempunyai perencanaan. Konsumen Indonesia tidak mempunyai perencanaan dalam hidup mereka tergolong dalam menciptakan perencaan dalam berbelanja. Perencanaan dalam melakukan pembelian barang dapat diwujudkan dalam format daftar belanjaan. Kumpulan belanjaan ini meminimalisir pembelian yang tidak direncanakan. Oleh sebab itu, konsumen Indonesia rata-rata sering mengerjakan pembelian dagangan yang tidak direncanakan sebelumnya. 3. Cenderung berkelompok dan suka berkumpul. Konsumen Indonesia memiki kecenderungan suka berkelompok dan berkumpul. Saat berkumpul dan berkelompok bakal timbul pembicaraan. Dalam percakapan tersebut akan memunculkan efek words of mouth. Efek words of mouth bakal menimbulkan bisa jadi ada konsumen baru dari konsumen yang terpuaskan. Dari konsumen yang terpuaskan akan memunculkan repeat orders. 4. Tidak adaptif dengan teknologi baru. Survey yang dilaksanakan oleh Frontier pada tahun 2010 ini mengaku bahwa konsumen Indonesia tidak adaptif terhadap teknologi. Fasilitas M-Banking dan Internet belum dipakai secara maksimal. Fasilitas M-Banking dan Internet yang telah ada di dalam ponsel yang dipakai oleh konsumen Indonesia tetapi belum dipakai secara maksimal. 5. Fokus pada konten bukan konteks. Konten ialah informasi yang tersedia melewati media atau produk elektronik. Konteks ialah suatu uraian atau kalimat yg dapat menyokong atau meningkatkan kejelasan makna. Informasi yang terdapat di media atau produk elektronik lainnya pasti saja tidak menyerahkan informasi yang jelas. 6. Menyukai barang-barang buatan luar negeri. Harga acapkali dikomparasikan dengan kualitas. Semakin tinggi harga dirasakan semakin bagus kualitasnya. Harga barang-barang buatan luar negeri beberapa besar mempunyai harga lebih tinggi daripada barang-barang buatan dalam negeri. Gengsi menjadi salah satu dalil juga kenapa konsumen Indonesia lebih menyenangi barang-barang buatan luar negeri. 7. Semakin menyimak masalah religious. Indonesia ialah negara beragama. Konsumen Indonesia menjadi lebih sensitif guna hal-hal yang berbau keaagamaan. Produk dan jasa yang berbau agama semakin lebih tidak sedikit digemari. 8. Suka pamer dan gengsi. Kecenderungan manusia ialah ingin dipuji. Konsumen Indonesia yang berasal dari kelompok ekonomi menengah hendak dipuji bila dapat membeli barang yang tidak dapat dibeli orang lain. Konsumen Indonesia dari kelompok ekonomi atas melakukan pembelian barang-barang branded agar dipuji dan sebagai prestise sebab gengsi. 9. Tidak tidak sedikit dipengaruhi oleh kebiasaan lokal. Keanekaragaman kebiasaan dan adat istiadat telah tidak lagi menjadi dalil dalam memilih dan memakai suatu produk. Globalisasi menciptakan konsumen Indonesia memiliki ciri khas tidak tidak sedikit dipengaruhi lagi oleh kebiasaan lokal. Baca Juga Pemodelan Proses Bisnis โ Pengertian, Manfaat, Tujuan, Diagram, jenis, Profil, Analisa 10. Kurang mempedulikan lingkungan. Perubahan iklim ialah isu yang popular di abad 21. Isu mengenai lingkungan menjadi urgen bersangkutan mengenai pemanasan produk. Perusahaan berlomba-lomba guna ikut andil dalam lingkungan. Produk yang bakal diproduksi telah dirancang agar sustainable terhadap lingkungan. Lain halnya dengan konsumen luar negeri, konsumen Indonesia masih belum peduli bakal lingkungan. Jenis-Jenis Konsumen Berikut ini adalah jenis-jenis dari konsumen, sebagai berikut 1. Konsumen Perorangan Personal Consumer Pengertian konsumen perorangan personal consumer ialah konsumen yang membeli/ menggunakan suatu produk barang/ jasa untuk kebutuhan diri sendiri. Personal consumer sering pun disebut dengan istilah end user. Contoh konsumen akhir; individu, keluarga. 2. Konsumen Organisasi Organizational Consumer Pengertian konsumen organisasi organizational consumer ialah konsumen yang membeli/ menggunakan suatu produk barang/ jasa untuk kebutuhan operasional organisasi tersebut. Hak Konsumen Berikut ini adalah hak dari konsumen, sebagai berikut Konsumen mempunyai hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam pemakaian barang maupun jasa. Konsumen berhak guna memilih barang/ jasa serta menemukan barang/ jasa tersebut cocok dengan nilai tukar dan situasi serta garansi yang dijanjikan. Konsumen berhak guna mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang situasi dan garansi barang/ jasa yang dibeli. Konsumen berhak guna didengar pendapat dan keluhannya berhubungan barang/ jasa yang dipakai. Konsumen mempunyai hak guna mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya solusi sengketa perlindungan konsumen secara patut. Konsumen mempunyai hak guna mendapatkan pembinaan dan edukasi konsumen. Konsumen berhak guna mendapatkan perlakukan dan pelayanan yang benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Konsumen berhak menemukan kompensasi, ganti rugi, dan/ atau penggantian, andai barang/ jasa yang diterima tidak cocok dengan semestinya. Hak-hak yang ditata dalam peraturan perundang-undangan lainnya. Kewajiban Konsumen Berikut ini adalah kewajiban dari konsumen, sebagai berikut Konsumen wajib menyimak dan mengekor petunjuk informasi maupun prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang/ jasa, demi ketenteraman dan keselamatan. Konsumen mesti mempunyai itikad baik dalam mengerjakan transaksi pembelian barang/ jasa. Konsumen wajib menunaikan pembelian barang/ jasa cocok dengan nilai tukar yang disepakati. Konsumen wajib mengekor upaya solusi hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari